1. PT. DAN
PERKEBUNAN MASYARAKAT
PT. Raja
Garuda Mas Group dan dua PT. Yang berada dibawah benderanya yaitu PT. Sumatera
Riang Lestari (SRL) dan PT. Sumatera Silva Lestari yang sempat mengalami
konflik dengan msyarakat setempat akibat penyerobotan lahan masyarakat,
meskipun sebenarnya ceritanya masih simpang siur, menhut mengtakan bahwa lahan
itu adalah milik negara bukan milik pribadi maupun perusahaan, meskipun lahn
tersebut difungsikan hany boleh digarap oleh masyarakat setempat, dan itupun
bukan sebagai hak milik melainkan hak pakai.
selain itu Sumber Daya Alam Kabupaten Padang lawas yaitu Pabrik-Pabrik dan sejumlah Perkebunan masyarakat yang ditanami sawit yang sudah menghasilkan dan juga tanaman pohon rambung yang sudah memberikan hasil yang lumayan memuaskan.
selain itu Sumber Daya Alam Kabupaten Padang lawas yaitu Pabrik-Pabrik dan sejumlah Perkebunan masyarakat yang ditanami sawit yang sudah menghasilkan dan juga tanaman pohon rambung yang sudah memberikan hasil yang lumayan memuaskan.
2. Objek
Wisata
Wisata alam
Kabupaten Padang Lawas juga mempunyai sejumlah
Objek Wisata sebagai Sumber Daya Alam yang diharapkan bisa mendongkrak SDM
(Sumber Daya Masarakat) Antara Lain Pemandian Sijorni, Pemandian Air Panas Dan
Sejumlah Pantai hasil olahan Masyarakat yang diolah dari keindahan Sungai
Barumun Yang ada Di padang lawas Seperti Pantai Joker.
Wisata sejarah
Selain objek wisata alam Kabupaten Padang Lawas juga mempunyai objek wisata sejarah seperti Candi Tandihat terletak di Desa Tandihat, Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Padang Lawas Sumatera Utara. Candi Tandihat terdiri dari tiga kompleks percandian yaitu kompleks I , II , dan III
Selain objek wisata alam Kabupaten Padang Lawas juga mempunyai objek wisata sejarah seperti Candi Tandihat terletak di Desa Tandihat, Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Padang Lawas Sumatera Utara. Candi Tandihat terdiri dari tiga kompleks percandian yaitu kompleks I , II , dan III
Candi Tandihat I merupakan kompleks pecandian
yang terdiri dari sebuah bangunan induk dan 5 candi perwara. Sungai Barumun
mengalir di sebelah barat candi ini.
Candi Tandihat II setidaknya terdiri dari
dua bangunan. Satu merupakan bangunan induk dan sebuah gundukan lebih
kecil kemungkinan merupakan candi perwara. Komponen bangunan yang ditemukan di
Candi Tandihat II antara lain adalah makara, dan tiga buah arca perunggu yang
saat ini tersimpan di Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara.
Candi Tandihat III terletak di Desa Gunung
Manaon Kecamatan Barumun Tengah. Candi tersebut disebut juga dengan Candi
Longung. Bangunan candi ini terletak di meander Sungai Barumun, sehingga rawan
akan erosi. Kondisinya saat ini tertimbun tanah. Setidaknya di lokasi tersebut
terdapat dua bangunan candi, yaitu candi induk dan perwara. Komponen bangunan
di candi Tandihat III antara lain adalah sebuah stamba berukuran cukup besa.
Candi Sipamutung di Desa Siparau Kecamatan
Barumun Tengah, Kabupaten Padanglawas merupakan bukti sejarah peradaban yang
diperkirakan berdiri pada abad XI, Candi yang dikelilingi oleh rangkaian
perbukitan rendah tersebut terletak, di dipinggir Sungai Barumun yang
membelah dataran Padanglawas dan berjarak sekitar 40 Km dari ibukota Kabupaten
Padanglawas, Sibuhuan.
Menuju lokasi candi, jalan aspal hanya sampai di Desa Binanga dan melewati jalan desa sepanjang tiga km. Kemudian meniti jembatan gantung yang berada di atas sungai Barumun. Komplek candi berjarak 250 meter dari pinggir aliran Sungai Barumun.
Sejumlah pendapat mengatakan, lokasi tersebut merupakan titik awal dari asal-usul manusia jaman dahulu memasuki wilayah Padanglawas dan sekitarnya, karena pada saat itu perjalanan hanya dapat dilalui melalui jalur laut dan sungai.
Pendapat itu menyatakan para leluhur memasuki Padanglawas melalui Laut Labuhan Bilik (Labusel) kemudian berangsur menuju Sungai Barumun dan menemukan Padanglawas sebagai tanah harapan.
Melihat keadaan lokasi dari luar komplek candi, kemungkinan kawasan yang jadi perkampungan Desa Siparau dan didiami 160 KK tersebut, adalah bekas sebuah benteng yang juga tempat pemujaan, karena masih terdapat bekas dinding dari bahan tanah dan paret pembatas mengelilingi komplek candi diperkirakan seluas 100 hektar.
Hal ini sesuai dengan pendapat warga asli yang telah bertempat tinggal didaerah itu sejak dari moyang mereka yang umumnya bermarga Harahap, Siregar, Hasibuan dan Daulay.
Beberapa kalangan menyebut Candi Sipamutung merupakan satu-satunya candi yang didirikan Ummat Budha dan paling megah di antara candi yang terdapat di Kab. Padang Lawas dan Padang Lawas Utara yang umumnya didirikan umat Hindu.
Bentuk dan ukurannya terdiri dari sebuah biara induk menghadap ke timur dengan denah bujur sangkar berukuran 11 X 11 meter, tinggi 13 meter. terdiri dari bagian kaki, badan, dan atap.
Sedangkan di kedua sisinya terdapat 6 biaro yang lebih kecil, pada bagian bawahnya tersusun 16 buah stupa yang lebih kecil. Lima buah Biaro dari bata dan sebuah dari batu andesit.
Biaro-biaro yang terbuat dari bata adalah Biaro perwara di sebelah timur candi induk berbentuk mandapa berdenah segi empat berukuran 10,25 X 9,9 meter, tinggi 1,15 meter. Kompleks candi ini dikelilingi tembok berukuran 74 x 74 meter dengan pintu masuk sejenis gapura.
Di daerah Padanglawas, yang berdekatan tersebut terdapat sedikitnya 11 candi yang sebagian sudah dipugar yaitu Candi Bahal I, Bahal II dan Bahal III di Desa Portibi Paluta. Candi Tandihat I dan Tandihat II , Candi Manggis . Candi Stopayan, Candi Paya, Candi Pulo, Candi Sangkilon di Palas.
Namun popularitas candi Sipamutung yang menjadi pelengkap cagar budaya dan keindahan alam Bumi Padang lawas itu tertinggal dari candi yang lainnya. Hal ini disebapkan sarana perhubuhungan menuju situs budaya tersebut belum tersentuh pembangunan dan hal ini menjadi salah satu pemicu pesona wisata candi sipamutung kian terlupakan.
Selain itu, kesadaran warga setempat untuk ikut memelihara situs kuno tersebut masih kurang. Lingkungan candi yang dipagar dengan kawat berduri telah rusak, sehingga kerbau piaraan wargapun masuk dan merumput di lokasi candi.
Menuju lokasi candi, jalan aspal hanya sampai di Desa Binanga dan melewati jalan desa sepanjang tiga km. Kemudian meniti jembatan gantung yang berada di atas sungai Barumun. Komplek candi berjarak 250 meter dari pinggir aliran Sungai Barumun.
Sejumlah pendapat mengatakan, lokasi tersebut merupakan titik awal dari asal-usul manusia jaman dahulu memasuki wilayah Padanglawas dan sekitarnya, karena pada saat itu perjalanan hanya dapat dilalui melalui jalur laut dan sungai.
Pendapat itu menyatakan para leluhur memasuki Padanglawas melalui Laut Labuhan Bilik (Labusel) kemudian berangsur menuju Sungai Barumun dan menemukan Padanglawas sebagai tanah harapan.
Melihat keadaan lokasi dari luar komplek candi, kemungkinan kawasan yang jadi perkampungan Desa Siparau dan didiami 160 KK tersebut, adalah bekas sebuah benteng yang juga tempat pemujaan, karena masih terdapat bekas dinding dari bahan tanah dan paret pembatas mengelilingi komplek candi diperkirakan seluas 100 hektar.
Hal ini sesuai dengan pendapat warga asli yang telah bertempat tinggal didaerah itu sejak dari moyang mereka yang umumnya bermarga Harahap, Siregar, Hasibuan dan Daulay.
Beberapa kalangan menyebut Candi Sipamutung merupakan satu-satunya candi yang didirikan Ummat Budha dan paling megah di antara candi yang terdapat di Kab. Padang Lawas dan Padang Lawas Utara yang umumnya didirikan umat Hindu.
Bentuk dan ukurannya terdiri dari sebuah biara induk menghadap ke timur dengan denah bujur sangkar berukuran 11 X 11 meter, tinggi 13 meter. terdiri dari bagian kaki, badan, dan atap.
Sedangkan di kedua sisinya terdapat 6 biaro yang lebih kecil, pada bagian bawahnya tersusun 16 buah stupa yang lebih kecil. Lima buah Biaro dari bata dan sebuah dari batu andesit.
Biaro-biaro yang terbuat dari bata adalah Biaro perwara di sebelah timur candi induk berbentuk mandapa berdenah segi empat berukuran 10,25 X 9,9 meter, tinggi 1,15 meter. Kompleks candi ini dikelilingi tembok berukuran 74 x 74 meter dengan pintu masuk sejenis gapura.
Di daerah Padanglawas, yang berdekatan tersebut terdapat sedikitnya 11 candi yang sebagian sudah dipugar yaitu Candi Bahal I, Bahal II dan Bahal III di Desa Portibi Paluta. Candi Tandihat I dan Tandihat II , Candi Manggis . Candi Stopayan, Candi Paya, Candi Pulo, Candi Sangkilon di Palas.
Namun popularitas candi Sipamutung yang menjadi pelengkap cagar budaya dan keindahan alam Bumi Padang lawas itu tertinggal dari candi yang lainnya. Hal ini disebapkan sarana perhubuhungan menuju situs budaya tersebut belum tersentuh pembangunan dan hal ini menjadi salah satu pemicu pesona wisata candi sipamutung kian terlupakan.
Selain itu, kesadaran warga setempat untuk ikut memelihara situs kuno tersebut masih kurang. Lingkungan candi yang dipagar dengan kawat berduri telah rusak, sehingga kerbau piaraan wargapun masuk dan merumput di lokasi candi.
3. Pertambangan
Sumur minyak “Blok Tonga” yang berada di
Kabupaten Padang Lawas, Provinsi Sumatera Utara, direncanakan akan beroperasi
Maret 2012 dengan produksi awal 1.000 barel per hari.
General Manager PT Mosesa Petroleum Sapar Suyono di Medan, Kamis, mengatakan pihaknya telah melakukan eksplorasi di Blok Tonga di Padang Lawas sejak tahun 2009. Sapar Suyono selaku pihak yang mendapatkan pengelolaan “Blok Tonga” mengatakan itu dalam rapat koordinasi dengan Pemprov Sumut dan Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP-Migas) di Medan.
General Manager PT Mosesa Petroleum Sapar Suyono di Medan, Kamis, mengatakan pihaknya telah melakukan eksplorasi di Blok Tonga di Padang Lawas sejak tahun 2009. Sapar Suyono selaku pihak yang mendapatkan pengelolaan “Blok Tonga” mengatakan itu dalam rapat koordinasi dengan Pemprov Sumut dan Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP-Migas) di Medan.
Dari proses eksplorasi yang dilakukan, pihaknya
telah menemukan minyak pada tahun 2011 dan menyiapkan kran untuk proses
produksi. Untuk tahap awal, Blok Tonga akan memproduksi 1.000 barel minyak per
hari yang akan ditingkatkan secara bertahap menjadi 2.400 hingga 3.000 barel
per hari. Dengan kapasitas produksi 2.400-3.000 barel per hari, Blok Tonga
diharapkan akan berproduksi hingga delapan tahun, katanya.
Sebagai tahap awal untuk penjualan, pihaknya
berencana akan melakukannya di Dumai, Provinsi Riau, dengan menumpang fasilitas
Chevron sebagai lokasi terdekat dari Blok Tonga. Namun proses produksi dan
penjualan tersebut belum dapat dilakukan karena masih menunggu izin dari
pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Karena
itu, pihaknya mengharapkan dukungan dari Pemprov Sumut dan Pemkab Padang Lawas
dalam bentuk rekomendasi ke Kementerian ESDM guna mendapatkan izin komersial
Blok Tonga.
Penasehat Ahli Kepala BP-Migas Bidang
Pemerintahan dan Kewilayahan Cornelia Oentarti mengatakan, pihaknya berupaya mendorong
Pemprov Sumut dan Pemkab Padang Lawas agar dapat memanfaatkan potensi
pertambangan itu sebesar-besarnya. “Ini adalah peluang bagi perusahaan milik
daerah atau perusahaan lokal untuk masuk, baik dalam penyediaan berbagai jasa
yang dibutuhkan mau pun untuk kegiatan produksi,” katanya.
0 comments:
Post a Comment