Sunday, July 15, 2012

Putra Putri Padang Lawas Punya Budaya



Padang lawas,
Jika ditilik dari budaya yang asli (budaya nenek moyang) padang lawas maka dapat dikatakan bahwa budaya kita mengarahkan kita menjadi sebaik baik umat. Sehingga budaya-budaya yng sudah mulai dilupakan itu mesti dujunjung kembali nilai-nilai dan aplikasinya didalam bermasyarakat dipadang lawas yang tercinta ini. Tidak ada kata malu dalam mempertahankan budaya daerah padang lawas, sebab di Indonesia pada umumny mempunyai budaya dan tradisi masing masing, dengan syarat budaya yang ada itu tidak bebrtentangan dengan ajaran islam dan undang-undang yang berlaku dimata negara, dan menurut hemat penulis budaya padang lawas tidak akan bertentangan dengan ajaran agama islam selama ajaran islam tetap dijaga dalam melaksanakan ajaran budaya-budaya itu sendiri.
Padang Lawas yang semakin hari semakin melupakan budaya aslinya, yakni: Budaya berpakaian sopan. Bahkan sudah membudaya pakaian yang transparan, memakai pakaian yang ketat. Pergeseran budaya yang dulunya perempuan-perempuan Padang Lawas yang marabit (memakai kain sarung) dan marsinggulu (memakai kain penutup kepala) serta masih ada rasa malu segan kalau pake celana pendek di depan umum, penulis menganggap itu suatu pergeseran nilai budaya tradisional menuju budaya modren yang malah mendukug bobroknya nilai-nilai norma yang berlaku dalam adat dan budaya padang lawas yang semula sejalan dengan ajaran agama islam, beberapa tahun kedepan lebih dikhawatirkan lagi, dikhawatirkan bahwa orang yang masih mengikuti adat dan budaya padang lawas bisa-bisa dianggap kolot dan tidak mengikuti jaman, akhir-akhir ini ungkapan-ungkapan ngetrend dan modren sudah mulai digembar-gemborkan sebgaian anak-anak muda didaerah padang lawas, penulis mensinyalir bahwa pergeseran ini terjadi sebab semakin banyaknya putra-putri asal daerah padang lawas yang merantau dan melanjutkan pendidikan di kota dan membawa budaya itu secara sadar maupun tidak sadar.
Selain budaya berpakaian, padang lawas juga mempunyai budaya martutur (panggilan sopan), baik baik sesama remaja (naposo nauli bulung) maupun kepada orang-orang tua (natobang natoras). Baik kepada mora, anak boru dan juga kepada kahanggi. Padang Lawas, sebagaimana umumnya daerah-daerah mandailing seperti Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Padang Sidimpuan, dan Padang Lawas Utara diharapkan dan seharusnya membudidayakan  budaya Dalian Natolu yang mengandung nilai-nilai budi pekerti, dan sopan santun yang sejalan dengan ajaran agama islam. Kesadaran masyarakat padang lawas itu sendiri lah yang diharapkan untuk ambil andil dalam hal ini, suatu negara atau wilayah itu maju dan mundur disebabkan apa yag dilakukan warga negara atau masyarakat diwilayah itu sendiri, dari sudut dan kacamata itu lah maka diharapkan kesadaran dan ketulusan masyarakat untuk mendukung dan mendorong wilayah dan masyarakatnya menjadi aktif dan kompetitif di tengah budaya-budaya yang semakin hari makin banyak tantangan dari budaya-budaya luar.
Dalian Natolu sebagai pranata hidup masyarakat Mandailing berdasarkan Adanya parkouman (kekerabatan), domu (keakraban) antara manusia membuktikan bahwa mereka hidup dengan holong (cinta dan kasih sayang) dalam satu konsep padomu tahi dohot pokat ima na padonok parkouman.

0 comments:

Post a Comment